Biografi Senja Yuspita S, S.Pd.

 


    Senja Yuspita S, S.Pd. lahir di Jember pada tanggal 10 Mei 1991. Beliau bercita-cita menjadi seorang pemain bola atau menjadi pelatih bola. Beliau dapat dibilang salah satu orang yang berprestasi dalam bidang olahraga karena sering membawa pulang piala pada saat ada event. Pada suatu pertandingan, beliau mencetak 6 gol dalam satu pertandingan tersebut. 

    Beliau menjalani jalur pendidikan yang berawal dari TK di Bhayangkara, kemudian di SDN Kepatihan 5 Jember, dilanjutkan di SMPN 12 Jember, kemudian di SMAN 3 Jember, dan berakhir di PGRI Banyuwangi. Sebenarnya setelah lulus dari jenjang SMA beliau tidak ingin lanjut ke jenjang pendidikan selanjutnya, tetapi tanpa sepengetahuan beliau telah didaftarkan di PGRI Banyuwangi. Namun, walaupun diluar rencana beliau tetap mengikuti menjalani pendidikan di PGRI Banyuwangi.

    Munculnya kegemaran beliau untuk bermain sepak bola merupakan bawaan dari ibu beliau karena sebelumnya ibunda beliau yang juga gemar bermain olahraga sepak bola. Beliau yang sampai bisa memperoleh juara di berbagai perlombaan salah satu alasannya karena proses yang telah dilakukan beliau. Berawal dari pulang sekolah ketika SD, beliau berlari melingkari lapangan dengan minimal sebanyak 10 kali. Walaupun memilki bakat atau kemampuan yang lebih, dibaliknya terdapat kerja keras yang dilakukan beliau. 

    Sejak kecil beliau hanya berlatih sendiri, dan mengikuti klub yang ada di lingkungan sekolah dan di lingkungan rumah beliau saja. Namun ketika masuk di jenjang SMP, beliau mengikuti sebuah klub futsal yang ada di Lumajang. Karena mengikuti klub tersebut, beliau banyak melewatkan pembelajaran di sekolah. Walaupun begitu, beliau memiliki satu mata pelajaran paling disukai yaitu matematika. Walaupun pada masanya beliau lebih aktif dalam bidang keolahragaan, beliau mempunyai mata pelajaran favorit. Mata pelajaran tersebut adalah matematika. 

    Gaya belajar beliau bukan merupakan metode menggunakan pendengaran ataupun penglihatan, namun lebih menuju kepada gaya belajar yang dimana adanya kegiatan beraktivitas untuk mempelajari ataupun ingin mengetahui sesuatu. Ketika beliau masih menjadi seorang pelajar, guru beliau menjelaskan suatu materi matematika. Beliau memperhatikan guru tersebut, namun tidak dapat memahaminya. Karena ingin mengetahui dan memahami maka beliau mencoba untuk mempelajarinya sendiri secara mandiri sampai beliau mengerti materi tersebut. Dengan mempelajarinya secara mandiri dan mencoba mengaplikasikannya, beliau lebih mengerti terhadap materi,daripada ketika guru menjelaskan di depan kelas.

    Ketika di sekolah, beliau mengikuti ekstrakulikuler futsal. Namun tidak hanya itu, beliau juga mengikuti komunitas lainnya di luar sekolah. Komunitas yang beliau ikuti adalah AM dan kemudian Jember Putra. Kedua ini merupakan komunitas klub sepak bola yang beliau ikuti pada masa Sekolah Menengah Pertama (SMP) beliau yaitu pada tahun 2006 – 2008. Selain komunitas tersebut, beliau juga memiliki komunitas yang merupakan perkumpulan para alumni dari klub futsal dan sepak bola SMA Negeri 3 Jember yang bernama X3.

    Pada masa remaja beliau pernah berkesempatan mengikuti Persatuan Sepak Bola Lamongan atau yang sering disebut dengan Persela. Hal ini berawal ketika beliau masih berada dibangku kelas tiga SMA tepatnya pada tahun 2010. Saat itu terdapat sebuah seleksi di Lamongan. Seleksi tersebut bertuju kepada usia 21 tahun, namun beliau yang masih berumur 18 tahun mengikuti seleksi event tersebut. Event tersebut berlangsung selama 3 bulan dan merupakan liga professional tingkat pertama dalam sistem liga sepak bola Indonesia. Event tersebut berakhir dengan beliau memperoleh juara. Setelah event tersebut, beliau ditawarkan sebuah kontrak. Namun, untuk kontrak tersebut diperlukannya beliau untuk pindah ke Lamongan. Karena beliau masih berada di kelas tiga SMA ditambah karena beberapa waktu lalu beliau mengalami cidera yang cukup berdampak terhadap mental beliau, maka dengan berat hati beliau menolak kontrak tersebut. Walaupun itu, beliau tetap bersyukur dapat berpartisipasi di dalam Persela.

    Setelah menjalani pendidikan di PGRI Banyuwangi, beliau kemudian berprofesi menjadi seorang guru. Sampai saat ini beliau sering mengajar sebagai seorang guru olahraga di sekolah beliau berkerja. Beliau juga berkesempatan untuk menjadi penanggung jawab ekstrakulikuler futsal di sekolah beliau sebelumnya, yaitu di SMA Negeri 3 Jember. Dalam waktu beliau menjadi seorang guru, beliau pernah mengajar di SD Tiga Bahasa selama 2 tahun pada waktu yang bersamaan ketika beliau menjadi penanggung jawab ekstrakulikuler futsal di SMA Negeri 3 Jember. 

    Dalam menjadi guru beliau mempunyai kekhawatiran terhadap muridnya. Beliau khawatir terhadap moral siswa – siswi khususnya ketika mereka sudah lulus sekolah. Moral menjadi salah aspek penting, karena moral menjadi salah satu hal yang berdampak pada perilaku mereka dan keputusan mereka. Maka dari itu menurut beliau membangun moral anak dan menasehati mereka merupakan sebuah tantangan yang berat.

    Di kehidupan seorang Senja Yuspita S, S.Pd. terdapat banyak sekali pengalaman yang dilalui, pengalaman baik atupun buruk. Terdapat salah satu pengalaman buruk yang dilalui oleh beliau yang membekas sekali. Dahulu beliau pernah mengalami sebuah kecelakaan yang menyebabkan beliau mendapatkan sebuah cidera. Terjadinya hal itu menyebabkan sebuah trauma dan menyebabkan turunnya mental beliau. Namun dengan adanya pengalaman yang tidak menyenangkan, juga ada pengalaman pengalaman yang indah. Ada banyak sekali pengalaman indah tersebut, tetapi menurut beliau pengalaman tersebut tidak bisa dibeli oleh siapapun namun hanya dimiliki oleh beliau saja.

    Senja Yuspita S, S.Pd. mempunyai sebuah pesan yang ingin disampaikan kepada para pelajar, khususnya siswa-siswi SMA Negeri 3 Jember. “Jangan satu tahun, jangan tiga tahun. Satu hari kamu tidak mendapatkan ilmu, maka kamu akan rugi.” Menurut pak senja mengatakan bahwa boleh saja menyontek. Hanya saja ketika kamu menyontek, kamu mendapatkan ilmu. Seperti perumpamaan yang dikatakan beliau “Boleh saja kamu menyontek apa itu 1+1. Tetapi esok hari kamu bertemu 1+1, kamu harus tau apa jawabannya.” 

Dari pesan beliau dapat diambil kesimpulan bahwa untuk memiliki ilmu baru setiap hari. Karena dengan mempunyai ilmu baru, maka tidak akan susah dikemudian hari. Jika saat ini kita gagal, tetapi tantangan selanjutnya kita bisa berhasil. Masalah akan selalu berputar, maka untuk menghadapinya miliki ilmu yang kuat dan menjadi seseorang yang berilmu.


Komentar