Kisah yang Akhirnya Didengar
By : Canthika Deswitha Maharani X-3
Di sebuah desa
kecil yang dikelilingi oleh sawah hijau dan hutan lebat, hiduplah seorang
pemuda bernama Damar. Damar dikenal sebagai sosok yang pendiam. Ia lebih suka
menghabiskan waktu sendirian, merenung di tepi sungai yang mengalir tenang. Di
balik senyumnya yang ramah, ada banyak hal dalam dirinya yang tak pernah
menemukan telinga.
Sejak kecil,
Damar memiliki mimpi yang besar. Ia ingin menjadi seorang penulis, mengisahkan
cerita-cerita yang terpendam dalam hatinya. Namun, setiap kali ia mencoba untuk
mengekspresikan pikirannya, kata-kata itu seolah menghilang, terjebak dalam
labirin pikirannya. Ia merasa seolah ada dinding tak terlihat yang
memisahkannya dari dunia luar.
Suatu hari,
saat Damar sedang duduk di bawah pohon beringin, ia melihat seorang gadis
bernama Sari. Sari adalah sosok yang ceria dan penuh semangat. Ia sering
bercerita tentang impian-impian besarnya, tentang dunia yang ingin ia jelajahi.
Damar terpesona oleh keberanian Sari, tetapi di dalam hatinya, ia merasa ada
jurang yang dalam antara mereka. Sari berbicara dengan lantang, sementara Damar
hanya bisa mendengarkan dalam diam.
Hari demi hari
berlalu, Damar semakin terpesona oleh Sari. Ia ingin sekali berbagi
cerita-cerita yang terpendam dalam dirinya, tetapi setiap kali iamencoba
mengungkapkan ceritanya, kata-kata itu seolah-olah terbang jauh. Ia merasa
terasing, seolah ada banyak hal dalam dirinya yang tak pernah menemukan
telinga.
Suatu malam,
saat bintang-bintang bersinar cerah, Damar memutuskan untuk menulis. Ia
mengambil selembar kertas dan mulai menuangkan semua perasaannya. Ia menulis
tentang harapan, ketakutan, dan mimpi-mimpinya yang terpendam. Ia menulis
tentang Sari, tentang bagaimana keberaniannya membuatnya ingin berani juga.
Dalam tulisan itu, Damar menemukan suaranya sendiri.
Keesokan
harinya, Damar memberanikan diri untuk memberikan tulisan itu kepada Sari.
Dengan jantung berdebar, ia mendekatinya di tepi sungai. “Sari, aku… aku ingin
kau membaca ini,” katanya, sambil menyerahkan kertas itu. Sari terkejut, tetapi
senyumnya merekah. Ia menerima kertas itu dan mulai membacanya.
Saat Sari
membaca, Damar melihat ekspresi wajahnya berubah. Ia bisa melihat bagaimana
kata-kata yang terpendam dalam dirinya mulai menemukan telinga. Sari terharu,
dan ketika ia selesai membaca, ia menatap Damar dengan mata berbinar. “Damar,
ini luar biasa! Kenapa kau tidak pernah memberitahuku sebelumnya?”
Damar merasa
beban di hatinya mulai terangkat. Ia tersenyum, “Aku tidak tahu bagaimana cara
mengungkapkannya. Banyak hal dalam diriku yang tak pernah menemukan telinga.”
Sari mengangguk, “Tapi sekarang, kau sudah melakukannya. Jangan pernah ragu
untuk berbagi lagi. Setiap cerita layak untuk didengar.”
Sejak saat
itu, Damar mulai berani berbagi. Ia menulis lebih banyak, tidak hanya untuk
Sari, tetapi juga untuk orang-orang di sekitarnya. Ia menemukan bahwa ada
kekuatan dalam kata-kata, dan bahwa setiap cerita, sekecil apa pun, layak untuk
didengar.
Dari hari ke
hari, Damar belajar bahwa meskipun ada banyak hal dalam dirinya yang tak pernah
menemukan telinga, ia memiliki kekuatan untuk mengubahnya. Dengan keberanian
dan dukungan dari Sari, ia menemukan suaranya dan membagikannya kepada dunia.
Dan di tepi sungai yang sama, di bawah pohon beringin yang sama, Damar dan Sari
berbagi cerita, tawa, dan mimpi, menjadikan setiap detik berharga dalam
perjalanan hidup mereka.
Komentar
Posting Komentar